Palangka Raya, BetangTv News –
Tidak seperti hari biasanya pemandangan di kawasan Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya yang tak jauh dari gedung terminal baru tampak berbeda.
Aktifitas warga di depan terminal baru Bandara ini bukan mengantar atau menjemput penumpang, namun aktifitas sebagian warga di area bandara yang sebelumnya bernama Panarung ini adalah menangkap ikan, di sebuah parit atau kanal.
Di tempat ini terlihat beberapa warga, menggunakan alat berupa perangkap terbuat dari tali nilon, atau jaring berbentuk persegi, dengan buluh panjang yang dalam bahasa daerah (Banjar) kerab dinamakan hancau/haup.
Menangkap ikan dengan menggunakan perangkap haup ini sudah lama dilakukan masyarakat baik Suku Banjar maupun Suku Dayak di Kalimantan Tengah.
Mahaup, begitulah istilah masyarakat yang gemar menangkap ikan dengan cara ini.
Memanfaatkan derasnya arus air yang mengalir pada bantaran kanal yang melintas dari dalam kawasan bandara Tjilik Riwut ini, para pencari ikan dadakan tersebut tampak sabar hingga hasil ikan-ikan berukuran kecil terperangkap dalam haup.
Ibung (65) warga jalan Murjani, Kecamatan Pahandut ini menuturkan bahwa selama hampir sebulan dirinya bersama teman- temannya mendadak tertarik mencari dan menangkap ikan dengan cara yang relatif mudah yakni mahaup.
Menurut Ibung, mengais rejeki dengan cara mahaup ikan ini lumayan hasilnya.
“Jika mahaup dilakukan seharian mulai pagi hingga sore, perolehan ikan di parit yang mengalir ini mencapai 40 hingga 50 kilogram,” ujar Ibung.
Ikan hasil tangkapan Ibung dan kawan-kawannya ini beragam jenis, meski masih anakan yang berukuran kecil, antara lain ikan sepat biasa, sepat siam, bahkan anak ikan papuyu.
Ikan-ikan hasil mahaup ini imbuh Ibung lagi, selain dikonsumsi sendiri bersama keluarga, juga dijual kepada para pengepul ikan dengan harga Rp. 15.000 per kilogram.
Mahancau/ Mahaup adalah salah satu cara menangkap ikan menggunakan jaring nilon. Meski yang terjaring hanya anak-anak ikan yang masih kecil-kecil, namun usaha ini pun dapat menjadi nilai tambah ekonomi bagi para warga.(Red)