Foto ; Dokumentasi MMCKalteng
Palangka Raya, BetangTV News, – Fridolin Ukur, mungkin tak banyak yang mengenalnya atau mungkin namanya cukup populer bagi sebagian orang. Fridolin merupakan seorang Pendeta dan sastrawan Indonesia. Dilahirkan di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah pada 5 April 1930 dan termasuk penyair angkatan 66. Dia termasuk satu di antara sedikit pendeta yang suka memakai kopiah. Ia memiliki 10 buah pici yang dibelinya sendiri ataupun pemberian orang. Suka humor dan dekat dengan anak muda.
Di usia remaja, dia aktif menulis dan ikut menerbitkan majalah sekolah. Semasa hidupnya, ia banyak menelurkan banyak karya sastra, seperti Malam Sunyi (Kumpulan Sajak, terbitan BPK 1960) Darah dan Peluh (Kumpulan Sajak, terbitan BPK 1961) Belas Tercurah (Kumpulan Sajak, terbitan BPK 1980) Iklan dari Surga (Kumpulan Renungan, terbitan Pustaka Sinar Kasih 1980) Wajah Cinta (Kumpulan Puisi, terbitan 2001) Tantang Jawab Suku Dayak dan Tuaiannya Sungguh Banyak.
Dilansir dari ensiklopedia.kemdikbud.go.id, Karya-karya Fridolin Ukur pernah dimuat dalam majalah Ut Omnes Unum Sint, National-Zeitung Basel, Baslert Nachrichten, La vie Protesan, dan Zurichsee Zeitung. Fridolin Ukur pernah memakai nama samaran “Eff. Serau” dalam karyanya yang dimuat di majalah.
Ia pernah menjadi redaktur majalah pemuda Kristen Panggilan. Sejak 1955 ia menjadi ketua redaksi majalah Ut Omnes Unum Sint dan menjadi Wakil Ketua Pengurus Umum I Serikat Pers Mahasiswa Indonesia (SPMI). Dia pernah menjadi Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) pada tahun 1955—1957. Dalam Sidang Raya X Dewan Gereja Indonesia (DGI) di Ambon, Fridolin Ukur terpilih sebagai Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia untuk periode 1984—1989. Ketika masih menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi, ia pernah menjadi ketua redaksi majalah GMKI. Fridolin Ukur juga pernah mewakili pemuda Kristen Indonesia dalam konferensi Pemuda Kristen Sedunia di Travancore pada tahun 1952.
Sebagai seorang rohaniawan, Fridolin Ukur terbilang cukup baik dalam hal pendidikan. Ia meraih meraih gelar Sarjana Teologi (S.Th.) di Hoogere Theologische School (kini STT Jakarta) tahun 1955. Tahun 1962 dia berhasil meraih gelar Magister Teologi (M.Th.) dari fakultas yang sama. Fridolin juga berkesempatan memperdalam ilmunya di Fakultas Teologi Universitas Basel Swiss, tahun 1964-1965. Terakhir dia melanjutkan studinya di STT Jakarta untuk gelar doktornya. Tahun 1956, Fridolin ditahbiskan sebagai pendeta.
Ch. Kiting (1963) memberi gelar Fridolin sebagai “Penyair Kristen Indonesia” karena karya-karyanya memperlihatkan kekristenannya. Namun, tidak semua puisinya mengambil objek Kristen, ada juga puisi yang berbicara tentang kemanusiaan, seperti dalam kumpulan sajaknya Malam Sunyi. (RED/Foto: net/Berbagai Sumber)