Thoeseng Asang: HUT ke-80 RI Momentum Angkat Harkat Martabat Masyarakat Adat Dayak Kalimantan Tengah


Foto : Thoeseng Asang, Praktisi Budaya Kalimantan Tengah

Palangka Raya, Betang.tv – Peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia tahun 2025 menjadi ajang refleksi bagi seluruh elemen bangsa. Tidak terkecuali bagi masyarakat adat Dayak di Kalimantan Tengah. Bagi Thoeseng Asang, pemerhati budaya Dayak, momentum delapan dekade kemerdekaan ini harus dijadikan titik balik untuk benar-benar meningkatkan harkat dan martabat masyarakat adat, agar sejajar dengan kelompok lain dalam percaturan nasional maupun global.

Menurut Thoeseng, kemerdekaan bukan sekadar seremoni tahunan dengan upacara dan lomba rakyat, melainkan ruang refleksi: apakah masyarakat adat Dayak sudah betul-betul merasakan buah kemerdekaan? “Kita bangga mengibarkan Merah Putih, tetapi jangan sampai bangsa ini lupa, masih ada masyarakat adat di pedalaman yang belum menikmati akses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi secara adil. Itu yang harus dibenahi,” tegasnya.

Ia menilai, peringatan HUT RI ke-80 menjadi momentum tepat untuk memperkuat posisi masyarakat Dayak dalam pembangunan nasional. “Harkat dan martabat Dayak bukan hanya soal eksistensi budaya, tetapi juga bagaimana kearifan lokal bisa menjadi dasar pembangunan berkelanjutan. Pemerintah jangan hanya melihat Dayak sebagai simbol eksotis, tetapi harus hadir memberikan akses nyata: tanah, pendidikan, lapangan kerja, dan partisipasi politik,” katanya.

Thoeseng juga menyoroti pentingnya pelestarian identitas budaya di tengah arus globalisasi. Ia khawatir, tanpa kesadaran kolektif, generasi muda Dayak bisa tergerus arus modernisasi yang serba instan. “Kita boleh modern, tetapi jangan sampai tercerabut dari akar budaya. Identitas Dayak adalah kekuatan. Kalau kita kehilangan itu, sama saja kita kehilangan kedaulatan sebagai bangsa,” ujarnya.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa masyarakat adat Dayak punya kontribusi strategis dalam menjaga hutan, sungai, dan lahan Kalimantan Tengah. “Hari ini dunia bicara soal krisis iklim, sementara masyarakat adat Dayak sudah ratusan tahun hidup harmonis dengan alam. Tapi ironisnya, mereka justru sering tersisih dalam kebijakan pembangunan. Itu harus diluruskan,” tegas Thoeseng dengan nada kritis.

Menutup pernyataannya, Thoeseng menyerukan agar HUT RI ke-80 tidak hanya menjadi perayaan simbolik, tetapi momentum kebangkitan masyarakat adat Dayak. “Kemerdekaan sejati adalah ketika seluruh rakyat, termasuk Dayak, berdiri tegak dengan kepala terangkat. Bukan sebagai penonton, tetapi sebagai pelaku utama pembangunan di tanah sendiri,” pungkasnya. (Red)


Periksa Juga

Tanpa Uang Pemerintah, Warga RT di Palangka Raya Gaspol Rayakan HUT ke-80 RI!

       Palangka Raya, Betang.tv – Semangat kemerdekaan tak bisa dibendung! Warga RT di Kelurahan Menteng, …

Tinggalkan Balasan