Menyelami Jejak Suku Lawangan, Penjaga Tradisi di Pegunungan Kalimantan


Tamiang Layang, Betang.tv – Di balik rimba Kalimantan yang hijau dan pegunungan yang menjulang, hidup sebuah komunitas adat yang masih memegang erat warisan leluhur: Suku Lawangan. Mereka adalah bagian dari rumpun besar Dayak Ot Danum, sering juga disebut Dusun Lawangan.

Sebaran mereka cukup luas. Dari lereng-lereng pegunungan di Kabupaten Barito Timur, Barito Selatan, dan Barito Utara di Kalimantan Tengah, hingga sebagian wilayah Kutai Barat, Kalimantan Timur. Bahkan di Tabalong, Kalimantan Selatan, jejak Lawangan masih bisa ditemui di Desa Binjai. Menurut data situs Joshua Project, jumlah mereka kini diperkirakan mencapai lebih dari 109 ribu jiwa.

Hidup Berdampingan dengan Alam

Hidup orang Lawangan sangat dekat dengan alam. Mata pencaharian utama mereka adalah berladang berpindah, sebuah tradisi pertanian yang menyatu dengan kearifan lingkungan. Hasil panen dibagi empat: untuk kebutuhan keluarga, untuk upacara adat, sebagian dibiarkan untuk penghuni hutan, dan sisanya dibiarkan kembali ke tanah.

Selain berladang, mereka juga memanfaatkan hasil hutan seperti madu, damar, rotan, getah jelutung, dan kayu. Keahlian membuat perahu menjadi keterampilan turun-temurun yang masih bertahan hingga kini.

Sistem Kekerabatan Unik

Dalam kehidupan sosial, suku Lawangan menganut sistem matrilineal, di mana garis keturunan lebih banyak ditarik dari pihak ibu. Tradisi sosorat atau adat ganti tikar menjadi bagian penting: ketika seorang istri meninggal, suami diwajibkan menikahi saudara perempuan almarhumah. Aturan ini bukan sekadar ikatan, tetapi juga mekanisme adat untuk memastikan harta tetap berada di pihak keluarga perempuan.

Religi dan Keyakinan

Kepercayaan asli masyarakat Lawangan sarat dengan filosofi spiritual. Mereka percaya pada reinkarnasi—kelahiran kembali roh orang yang telah meninggal. Pusat pemujaan mereka berorientasi pada roh dan dewa-dewa yang diyakini bersemayam di Gunung Lemeut.

Pada masa lalu, sistem kepercayaan ini pernah berkaitan erat dengan tradisi pengayauan. Kini, sisa-sisa keyakinan lama itu masih bisa dijumpai dalam gerakan mesianik yang dikenal sebagai Nyuli.

Organisasi Adat

Menariknya, Suku Lawangan tidak berdiri sendiri. Mereka terhimpun dalam organisasi bernama Dusmala, yang juga mencakup Dayak Dusun dan Dayak Ma’anyan. Ikatan ini memperkuat persaudaraan antar-suku sekaligus menjaga warisan budaya bersama di tengah perubahan zaman.

Kehidupan orang Lawangan adalah potret bagaimana tradisi, alam, dan spiritualitas menyatu dalam satu tarikan napas. Di tengah derasnya arus modernisasi, mereka tetap menjadi penjaga kearifan lokal, memastikan bahwa jejak leluhur tidak hilang ditelan waktu. (Red_ Wikipedia)


Periksa Juga

BNNP Kalteng Gandeng Pemkab Bartim Cetak Penggiat P4GN, Tes Urine ASN jadi Bukti Komitmen Antinarkoba

        Pengunjung : 150 Tamiang Layang, Betang.tv – Upaya memerangi narkoba di Barito Timur terus …