Tiwah Puncak Keikhlasan Dan Kebanggaan Masyarakat Hindu Kaharingan

  •  
  •  
  •  
  •  
  •   
  •  

Palangkaraya  Acara Tiwah massal yang dilaksanakan masyarakat Hindu Kaharingan, merupakan puncak keikhlasan dan kebanggaan. Sebab, mereka mengorbankan harta benda demi bisa menghantarkan roh keluarga yang sudah meninggal.

Peserta tiwah dari Desa Tumbang Rahuyan, Gunung Mas, Ilang (53) mengatakan, pihaknya menunaikan tiwah untuk mendiang almarhum Hajas Silay, yang semasa hidupnya mengabdi sebagai guru.

Menurut Ilang, tiwah adalah prosesi ritual adat yang dijalankan dengan penuh sukacita.

“Tiwah dilaksanakan harus dari kemauan hati yang kuat. Seluruh keluarga kami berkumpul, dari pertama ritual hingga selesai,” ungkap Ilang kepada Kalteng Pos, Jumat (7/12).

Apabila sebuah keluarga sudah menunaikan tiwah, lanjut dia, menjadi suatu kebanggan tersendiri. Salah satunya dari sisi mengorbankan harta benda, khususnya hewan kurban kerbau.

“Semua keluarga akan menombak kerbau itu. Apa yang kita korbankan tunai untuk mendiang keluarga yang sudah mendahului kita, menghantarkan leluhur kita ke surga atau lewu tatau,” tambah Ilang.

Keberadaan sapundu sebagai tempat mengikat hewan kurban, di mana ukiran-ukiran sapundu yang berbeda, menurutnya sebuah kreasi dari sang seniman yang memahatnya. Dalam pahatan sarat makna itu, menggambarkan mendiang almarhum semasa hidup.

“Ya, digambarkan di dalam sapundu. Banyak kan, berbagai macam bentuk. Itulah kreativitas si pemahat. Bagaimana ia menggambarkan masa hidup almarhum yang ditiwah. Baik itu hal baik ataupun buruk,”katanya.

Ritual tiwah merupakan salah satu upacara adat, yang hanya terjadi dan dilakukan oleh Suku Dayak. Upacara tersebut bukan hanya menjadi perhatian warga lokal. Namun juga menarik perhatian wisatawan nasional maupun mancanegara.

Dalam upacara tersebut, puluhan kerangka jenazah diambil dari kuburnya, dibersihkan, lalu dibaringkan di peti mati. Ritual yang dipusatkan di Balai Hindu Kaharingan, Jalan Tambun Bungai, Kota Palangka Raya, Jumat (7/12), menjadi wisata religi.

Ada beberapa tahapan dalam proses pelaksanaan upacara tiwah. Pertama, keluarga harus mendirikan balai nyahu, yakni tempat untuk menyimpan tulang-belulang yang sudah dibersihkan.

Selanjutnya, keluarga harus membuat anjung-anjung atau bendera kain, yang jumlahnya harus sama dengan jenazah yang akan ditiwahkan. Ketiga, keluarga memasukkan tulang ke balai nyahu.

Tahapan ini disebut tabuh 1, tabuh 2, dan tabuh 3. Ini merupakan tahapan yang riskan, karena saat itulah roh mulai diantarkan ke lewu tatau. Tabuh dilakukan tiga hari berturut-turut, yaitu tanggal 4, tanggal 6, dan tanggal 7 Desember.

Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kalteng H Agustiar Sabran mengungkapkan, ritual tiwah merupakan kultur budaya sosial yang harus dipertahankan dan dilestarikan.

“Kalau bukan kita, siapa lagi yang menjaganya? Oleh karena itu, antara budaya, agama, dan pendidikan harus sejajar,” kata Agustiar.

Menurutnya, tiwah merupakan tradisi nenek moyang Dayak yang harus dilestarikan. Selain merupakan ritual suci warga setempat, pelaksanaan tiwah juga dapat menarik wisatawan untuk datang ke Kalteng.

“Kami akan menyampaikan kepada Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran melalui Kadisbudpar Guntur Talajan, agar ke depannya bisa bersinergi soal tiwah ini dan lebih ditingkatkan lagi,” katanya.

Menjaga kearifan lokal juga merupakan misi DAD Kalteng menuju DAD modern, dengan satu bingkai yaitu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dirinya juga miris dengan mulai lunturnya nilai-nilai budaya, karena tidak dilestarikan dengan baik khususnya oleh kalangan muda. Olah karena itu, sangat diperlukan dukungan media massa untuk mempromosikan ini, baik media cetak maupun elektronik.

Peserta yang ditiwahkan berjumlah 33 orang. Terdiri dari 32 orang dewasa dan 1 anak kecil. Saat hari pertama, hewan yang dikurbankan adalah 3 ekor kerbau, 1 ekor sapi, 3 ekor babi. Pada hari kedua, dikurbankan empat ekor kerbau. Sedangkan hari ketiga, ada 5 ekor kerbau yang dikurbankan.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng Guntur Talajan, ritual tabuh merupakan puncak dari upacara ritual tiwah yang dimulai sejak 2 November lalu.

“Ini merupakan wujud rasa syukur dari seluruh keluarga, karena telah menunaikan tugas mulai yaitu mengantarkan almarhum ke surga. Juga merupakan wujud dari kebersamaan yang diselimuti rasa bahagia dan rasa hormat,” tuturnya.

Ia menambahkan, pemerintah akan terus memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan ritual keagamaan seperti tiwah. Sebab, ritual tersebut memiliki kaitan dengan sektor pariwisata. Akan membuat banyak pengunjung datang menyaksikan ritual keagamaan seperti tiwah massal ini. (nue/ce/abe/CTK)


  •  
  •  
  •  
  •  
  •   
  •  

Periksa Juga

Wakil Ketua II DPRD Bartim Membuka Bintek Wirausaha Baru IKM

        Pengunjung : 367 Tamiang Layang, Betangtv – Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Barito Timur, …