Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025, Wabup Kotim Tegaskan Ini


Sampit, Betang.tv – Wakil Bupati (Wabup) Kotawaringin Timur (Kotim), Irawati menyerukan pentingnya kesadaran kolektif untuk menghentikan polusi plastik, seiring peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 yang dipusatkan di Sampit, Kamis (5/6/2025).

Dalam kesempatan tersebut, Irawati membacakan pidato resmi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, yang mengangkat tema global “Hentikan Polusi Plastik” atau “Ending Plastic Pollution”.

“Tema ini bukan sekadar slogan tahunan. Ini adalah panggilan moral, panggilan krisis bagi seluruh penduduk bumi,” tutur Wabup.

Ia mengingatkan bahwa bumi kini tengah berada di titik kritis, menghadapi tiga krisis planet sekaligus yakni perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi yang kian tak terkendali. Salah satu bentuk polusi paling mengkhawatirkan saat ini adalah sampah plastik, yang merusak ekosistem darat hingga lautan.

“Produksi plastik dunia telah mencapai lebih dari 400 juta ton pada tahun 2023. Tapi ironisnya, hanya kurang dari 10 persen yang didaur ulang. Selebihnya, 86 persen dibuang ke lingkungan dan mencemari ekosistem,” ucapnya.

Berdasarkan laporan United Nations Environment Programme (UNEP) bertajuk “Drowning in Plastics” (2021), sekitar 9-14 juta ton plastik mengalir ke laut setiap tahun.

Jika tren ini terus berlanjut tanpa intervensi berarti, pada tahun 2040 diperkirakan 23-37 juta ton plastik akan mencemari lautan, dan jumlah itu bisa melonjak hingga 265 juta ton pada tahun 2060.

“Bayangkan, laporan World Economic Forum 2016 bahkan memprediksi bahwa pada 2050, jumlah plastik di lautan bisa lebih banyak dari ikan. Satu truk sampah plastik setiap menit masuk ke laut, dan bisa meningkat jadi empat truk per menit jika kita tidak berubah,” ujarnya.

Irawati menguraikan bahwa Indonesia sendiri sudah masuk fase darurat sampah. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2024, sebanyak 22,17 juta ton sampah masih terbuang ke lingkungan, dan 54,44 persen sampah nasional berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang masih berstatus open dumping.

“Tahun 2028 seluruh TPA di Indonesia diperkirakan tidak akan mampu lagi menampung sampah jika pola pengelolaan masih seperti sekarang. Ini harus menjadi perhatian kita semua,” tegasnya.

Pada 2023, timbulan sampah nasional tercatat 56,63 juta ton, di mana 10,8 juta ton di antaranya adalah sampah plastik. Dengan tingkat pengelolaan hanya 39 persen, artinya masih ada 6,6 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola, baik dibakar, ditimbun, atau dibuang ke alam bebas.

“Proporsi sampah plastik meningkat dari 11 persen pada 2010 menjadi 19,23 persen di 2023. Jika tidak dicegah, tahun 2050 nanti setengah dari sampah kita adalah plastik, sebagian besar dari kemasan, kantong belanja, dan wadah makanan,” ucapnya.

Ia menekankan bahwa gerakan pengurangan sampah plastik harus dimulai dari rumah tangga dan dunia usaha. Edukasi harus dimasifkan sejak usia dini, dan kebijakan pemerintah daerah harus lebih progresif mendukung pengelolaan sampah berkelanjutan.

“Momentum Hari Lingkungan Hidup ini bukan hanya peringatan seremonial. Ini adalah saatnya bertindak. Kita bisa mulai dari langkah kecil, kurangi plastik sekali pakai, bawa tas belanja sendiri, dukung produk lokal ramah lingkungan,” imbuhnya.

“Saya berharap seruan ini bisa menggugah seluruh elemen masyarakat, pelaku usaha, dan generasi muda untuk bersama-sama menyelamatkan bumi dari ancaman nyata plastik,” tandasnya.(Red)


Periksa Juga

🌊 Pantai Ujung Pandaran: Permata Bahari di Pesisir Kotawaringin Timur

        Pengunjung : 255 🌊 Pantai Ujung Pandaran: Permata Bahari di Pesisir Kotawaringin Timur Kotawaringin …