Palangka Raya, Betangtv News,- Minggu pagi (26/2/2023) dalam perayaan ekaristi di Katedral Santa Maria Palangka Raya, tampak berbeda. Sejumlah umat yang tergabung dalam Paguyuban Dayak Katolik Paroki Katedral Santa Maria, yang menggunakan busana batik khas Dayak ini dilantik dan dikukuhkan Pastor Paroki RD Patrisius Alutampu, sebagai Pengurus komunitas umat Katolik warga Dayak baik yang berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
“Inisiasi pembentukan Paguyuban Dayak Katolik yang merupakan bagian dari umat Paroki Katedral ini sejak lama digagas oleh sejumlah tokoh Umat warga Dayak di Paroki Katedral. Namun baru di tahun 2023, melalui kesepakatan beberapa umat yang merupakan etnis Dayak di Paroki ini, kepengurusan Paguyuban ini dapat terbentuk”, ungkap Leles Imanuel, Ketua terpilih Paguyuban Dayak Katolik periode 2022-2026, usai Misa kepada media ini.
“Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan, kami juga siap berpartisipasi dalam kegiatan pembinaan iman umat di Paroki bersama etnis lainnya yang ada di Paroki Katedral, terutama juga berkaitan dengan kegiatan liturgi, mengingat selama ini inkulturasi seni dan budaya Dayak juga sudah sejak lama dilaksanakan dalam gereja Katolik”, ungkap Leles Imanuel yang juga sebagai Sekretaris Lembaga Adat Fordayak Kalteng ini.
Sementara itu Sekretaris Paguyuban Dayak Katolik, Niko Ilay, mengungkapkan bahwa Paguyuban ini dibentuk sebagai wadah atau forum komunikasi diantara sesama warga Dayak Kalimantan yang ada di lingkup Paroki Katedral Santa Maria Palangka Raya. Terkait kegiatan seni dan budaya, Paguyuban ini siap berpartisipasi dalam kegiatan liturgi yang menampilkan seni dan budaya khas Dayak Kalimantan dalam perayaan ekaristi tertentu di Katedral.
Untuk sementara pengurus paguyuban etnis Dayak ini akan fokus dalam kegiatan internal Paroki, dan juga peran sosialnya Paguyuban ini juga dapat memfasilitasi kegiatan sosial dan kepentingan-kepentingan umat khususnya warga Dayak di lingkungan Paroki.
Tidak menutup kemungkinan ke depannya, Paguyuban Dayak Katolik dibentuk dalam skala lebih besar misalnya ruang lingkup Keuskupan Palangka Raya”, tandas Niko.
Hingga saat ini, gereja Katolik mengadopsi dan memelihara kebiasaan hidup dari gereja perdana sebagai persekutuan.
Gereja juga senantiasa mengajak umatnya untuk membentuk persekutuan-persekutuan etnis baik dalam lingkup paroki maupun di lingkungan-lingkungan.
Namun bukan berarti komunitas etnis tersebut hanya mengedepankan kepentingan komunitasnya semata. Melainkan bersama kelompok atau komunitas lainnya bersama- sama, bahu membahu menjaga kelangsungan hidup iman menggereja dalam satu kesatuan umat beriman yang senantiasa padu dalam memuji dan memuliakan Allah.(RED)