Sampit, Betang.Tv – Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Halikinnor menyesalkan banyak sumur bor bantuan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah tidak berfungsi sehingga tidak dapat digunakan membantu sumber air pemadaman kebakaran hutan dan lahan.
Saya minta perhatian juga untuk ke depan. Untuk sumur bor itu, tidak efektif. Kalau pemerintah provinsi membuat program itu, ditolak saja. Kalau perlu kita bersurat. Tidak ada gunanya itu karena tidak dipelihara. Semua sumur bor yang dibuat itu macet, kata Halikinnor saat rapat penetapan status tanggap darurat penanggulangan bencana karhutla di kantor BPBD Kotim, Senin (11/9/2023).
“Sumur bor itu kalau tidak ada kemarau, satu tahun atau bahkan tiga bulan saja tidak disedot, maka macet. Ini buang duit saja,” ujarnya.
Saat ini kebakaran lahan di Kotawaringin Timur masih marak dan sporadis. Pemadaman tidak hanya dilakukan oleh tim darat, tetapi juga dioptimalkan melalui udara dengan pengeboman air atau water bombing.
Pemerintah daerah pun telah meningkatkan status dari siaga menjadikan tanggap darurat bencana karhutla. Status ini dilaksanakan selama 14 hari dan akan kembali dievaluasi sesuai perkembangan di lapangan.
Untuk mengoptimalkan pemadaman kebakaran lahan, kini seluruh satuan organisasi perangkat daerah (SOPD) membantu. Setiap SOPD wajib menerjunkan satu tim dilengkapi tandon air yang bertugas memasok air ke lokasi kebakaran sehingga pemadaman bisa lebih maksimal karena petugas tidak perlu bolak-balik mengambil air atau sampai kehabisan air.
Terkait tidak berfungsinya sumur bor, Halikinnor menilai program ini dievaluasi kembali. Menurutnya, lebih baik anggarannya digunakan untuk membeli tanah untuk membuat embung.
“Kalau embung itu walaupun tidak dipelihara, paling banyak rumput tapi masih ada airnya. Tapi kalau sumur bor itu yang jauh dari permukiman itu banyak yang tidak berfungsi,” timpal Halikinnor.
Halikinnor lebih sepakat jika pemerintah provinsi membantu anggaran untuk pembuatan embung. Dia menilai ini akan lebih efektif dibanding pembuatan sumur bor seperti yang selama ini dijalankan.
“Lebih baik BPBD dibantu instansi terkait lainnya mencari titik-titik yang tepat untuk membuat embung. Kita beli tanahnya untuk membuat embung. Ini lebih efektif dibanding sumur bor yang tidak dipakai malah macet,” demikian Halikinnor.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengajak segenap elemen di Kabupaten Kotawaringin Timur meningkatkan kewaspadaan terhadap kebakaran hutan dan lahan karena kemarau di daerah ini diperkirakan masih terjadi hingga satu bulan ke depan.
“Prakiraan curah hujan tiga dasarian ke depan kita masih dalam kategori rendah. Artinya 30 hari ke depan. Dan sifat hujannya pun rendah. Potensi hujan hanya ada di wilayah hulu atau utara Kotawaringin Timur dengan intensitas rendah dan durasi singkat,” kata Prakiraan Stasiun Meteorologi Haji Asan Kotawaringin Timur, Rahmat Wahidin Abdi.
Dia menambahkan, September ini Kotawaringin Timur tetap masuk puncak musim kemarau tetapi di wilayah selatan. Perlu diwaspadai di wilayah selatan, yaitu Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan Pulau Hanaut.
Musim hujan di Kabupaten Kotawaringin Timur diprakirakan masuknya mulai Oktober dasarian II. Namun, awal masuk musim hujan itu pun tidak merata, dimulai dari utara dulu, ke tengah, lalu ke selatan.
Puncak musim hujan diprakirakan terjadi pada Desember 2023 dan Januari 2024.
Namun ketika musim hujan tahun ini diprediksi bahwa indeks El Nino tetap positif, artinya curah hujannya tidak begitu tinggi seperti tahun-tahun sebelumnya. Tetap masuk musim hujan tapi curah hujannya lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Faktor kebakaran yaitu cuaca atau musim hanya menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya kebakaran hutan dan lahan, di samping faktor yang lainnya,” tutup Abdi.(Red)