Tamiang Layang, Betangtv – Tercemarnya air sungai yang menjadi sumber kebutuhan bagi warga yang bermukim di area bantaran sungai di wilayah kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Timur (Bartim)Provinsi Kalimantan Tengah. diduga akibat aktifitas perusahaan tambang batubara membuat air sungai keruh dan tidak layak untuk digunakan warga.
Hal tersebut dikeluhkan Satrianor selaku Ketua RW 01 desa Matabu melalui awak media, dirinya meminta pihak perusahaan segera menanggapi kerusakan sungai dengan mencari solusi secepatnya agar warga bisa menggunakan air bersih.
“Keruhnya air sungai sangat berdampak dan keluhan warga kesulitan karena keadaan airnya keruh.Jadi untuk sementara apa boleh buat kalau tidak ada tindakan dari perusahaan,”ucap Satrianor saat diwawancarai di lokasi pinggiran Sungai Matabu Senin,5 Januari 2024.
Dirinya juga mengungkapkan wilayah yang terdampak dirasakan oleh warga desa Matabu di RT 1,2, 3,4,dan RT5.Adapun dampak keruhnya sungai juga dirasakan oleh desa Jaar yang menggunakan PDAM karena sumber air dari ledeng menggunakan air sungai.
“Air sungai keruh dikeluhkan warga,karna air ledeng ini digunakan untuk mandi dan mencuci dan kalau masak dari galon atau dari sumur.Kalau mandi cuci dari sungai ini ke PDAM,bila keruh mereka pakai tawas jadi agak sedikit jernih,” ungkap Satrianor”.
Ditempat yang sama, salah satu warga yang terdampak,Ahmad Effendi kepada awak media mengatakan bahwa dirinya meminta pihak yang berwenang segera mencari solusi untuk mengembalikan keadaan air sungai seperti sediakala.
“Dampaknya kalau hujan air sungai keruh, jadi warga kami di sini mau ngambil air nggak bisa dan terpaksa pakai sumur.Sedangkan sumur di sini terbatas nggak ada biaya buat kami membuatnya,ucap Efendi.
Dirinya juga berharap segera dicarikan solusi agar warga bisa menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
“Harapannya untuk dikembalikan lagi seperti yang dulu mau bersih sungai,tapi kalau nggak bisa carikan solusi yang terbaik bagaimana caranya atau bikinkan sumur untuk kami warga RT 1 dulu yang terdampak ada sekitar 40 KK,pintanya.
Sementara,Kepala desa (Kades)Matabu,Juni Setiawan untuk kesekian kalinya meminta pihak perusahaan maupun Pemerintah daerah agar lebih cepat mengambil sikap untuk menanggapi keluhan warganya yang mengalami dampak dari aktifitas perusahaan tambang.
“Untuk saat ini kita masih berusaha koordinasi dengan pihak manajemen perusahaan seperti kemarin kita sampaikan ke lapangan,tetapi untuk sampai saat ini masih belum ada kepastian kapan actionnya dari pihak perusahaan.Dan dari pemerintah daerah seperti tanggapan dari pihak Ibu Camat itu hanya memfasilitasi dan setelah kita ada pertemuan kemarin kita ini menunggu dulu mengadakan pertemuan lagi setelah selesai Pemilu,”jelas Juni”.
Namun Juni sangat menyayangkan respon dari pemerintah daerah karena sampai saat ini dirinya menilai belum ada tindak lanjutnya untuk menengahi permasalahan tersebut.
“Nah kalau dari pemerintah daerah terutama Pj Bupati masih belum ada bagaimana tindak lanjutnya ini.Seperti kita lihat tadi untuk aliran sungai Tauluh ini waktu kami penelusuran dengan Kades Mangkarap dan Kades Dorong,dampaknya ini dari PT.MPL dan PT.SLS dan ini yang kita tuntut kepada PT.SLS kemarin, kalau sungai Matabu tadi itu PT.TEI dengan PT.MPL itu jalur-jalurnya,” ungkap Juni”.
Seperti yang kita sampaikan berkali-kali tidak banyak-banyak yang kita minta untuk saat ini yang kita utamakan yaitu sumur untuk air bersih warga, seperti kita lihat bagaimana air kita ini memang keruh jauh perbandingannya dengan air yang lain, lanjut Juni menuturkan.
“Jadi kita minta secepatnya kalau bisa jangan sampai di tunda-tunda,karena memang kalau kita lihat sendiri kan mana mungkin warga bisa menggunakan air keruh seperti ini untuk memasak untuk minum untuk mereka cuci pakaian,” pintanya.
Dirinya juga berharap secepatnya segera bisa ditindaklanjuti untuk pembuatan sumur air bersih karena menjadi kebutuhan utama, disamping itu juga Juni berharap pemerintah daerah bisa melakukan normalisasi sungai untuk menghindari pendangkalan sungai yang bisa mengakibatkan banjir.
“Dampak ekosistem juga mempengaruhi biota air,kalau kita lihat seperti ini keruhnya kayaknya ada pengaruh juga kepada ikan karena air awalnya merah dan karena ada pencemaran dari aktivitas pertambangan ini makanya ini menjadi keruh.Jadi kita harapkan secepatnya, mudah-mudahan bapak PJ.Bupati bisa mendengar keluhan kita ini supaya bisa ditindak lanjut secepatnya, jangan sampai menunggu air surut atau musim kemarau,” pungkasnya(Jetry).