Raih Tiup: Kakao Bisa Jadi Primadona Komoditas Unggulan di DAS Barito


Foto ; Raih Tiup, SPd (Pemerhati Lingkungan Hidup)

Palangka Raya, Betang.tv – Di tengah sorotan publik terhadap ketergantungan ekonomi pada sawit dan batu bara, wacana baru mulai menguat: kakao sebagai primadona komoditas unggulan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito. Gagasan ini diangkat oleh tokoh Pemuda dari Kabupaten Barito Selatan, Raih Tiup, SPd, yang menilai potensi kakao bisa menjadi jalan keluar bagi diversifikasi ekonomi daerah sekaligus penopang Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Menurutnya, bentangan lahan subur di DAS Barito (Kabupaten Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara dan Murung Raya,-) yang membentang dari hulu hingga hilir, melintasi beberapa kabupaten—sangat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai kawasan perkebunan kakao rakyat. “Jangan hanya bicara soal sawit atau tambang. Kakao punya nilai tambah, pasar globalnya luas, dan bisa menjadi produk andalan Kalimantan Tengah jika pemerintah serius memberi dukungan,” tegas Raih Tiup.

Ia menilai bahwa pengembangan kakao bukan sekadar wacana, tetapi strategi nyata menghadapi tantangan ketahanan ekonomi daerah. Selama ini, banyak lahan di sekitar DAS Barito yang belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal, jika dikelola dengan baik melalui pemberdayaan petani, pelatihan budidaya modern, serta dukungan akses pasar, kakao bisa mendongkrak kesejahteraan masyarakat lokal.

Selain itu, kakao dinilai ramah lingkungan dibandingkan ekspansi tambang atau perkebunan monokultur yang sering memicu deforestasi. Dengan pola agroforestri, tanaman kakao bisa ditanam berdampingan dengan tanaman hutan rakyat, sehingga menjaga keseimbangan ekologi DAS Barito. “Kita bicara bukan hanya ekonomi, tapi juga keberlanjutan lingkungan hidup. Kakao adalah jawabannya,” tambahnya.

Raih Tiup juga menyoroti pentingnya peran pemerintah daerah dalam membuka akses pendanaan, memperluas kemitraan dengan perusahaan pengolahan kakao, hingga mencetak produk hilir seperti cokelat lokal khas Barito. “Kalau kita serius, lima sampai sepuluh tahun ke depan, Barito bisa dikenal bukan hanya karena batu bara, tapi juga karena cokelatnya,” ungkapnya penuh optimisme.

Menurut data Badan Pangan Dunia (FAO), permintaan kakao global terus meningkat, sementara beberapa negara produsen utama seperti Ghana dan Pantai Gading mengalami kendala produksi. Kondisi ini membuka peluang besar bagi daerah-daerah baru, termasuk Kalimantan Tengah, untuk mengisi celah pasar internasional.

“Sudah waktunya pemerintah provinsi dan kabupaten di DAS Barito memfokuskan kebijakan ke sini. Jangan lagi PAD kita hanya bergantung pada sektor ekstraktif. Kakao bisa jadi masa depan ekonomi hijau Kalimantan Tengah,” tutup Raih Tiup dengan nada menohok.

Dengan peluang besar di depan mata, kini bola ada di tangan pemerintah dan masyarakat: berani atau tidak menjadikan kakao sebagai ikon baru kebangkitan ekonomi Barito. (Red)


Periksa Juga

Tanpa Uang Pemerintah, Warga RT di Palangka Raya Gaspol Rayakan HUT ke-80 RI!

       Palangka Raya, Betang.tv – Semangat kemerdekaan tak bisa dibendung! Warga RT di Kelurahan Menteng, …

Tinggalkan Balasan