Sampit, Betang.Tv – Dengan angka hampir 30 persen, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) ditegaskan merupakan Kabupaten penyumbang tertinggi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi se-Kalimantan Tengah (Kalteng)
“Pada laporan terakhir, dari 14 kabupaten/kota di Kalteng, PDRB Kotim adalah penyumbang terbesar, artinya hampir 30 persen perekonomian di Kalteng itu ada di Kotim,” ucap Bupati Kotim Halikinnor seperti dilansir dari ANTARA, Selasa (7/11/2023).
Masih melansir dari ANTARA, menurut Bupati, tingginya angka PDRB ini menandakan bahwa perekonomian di Kotim telah bangkit kembali dan potensi pertumbuhan ekonomi akan sangat besar pasca pandemi COVID-19.
Hal ini bisa terlihat ketika akhir pekan, khususnya pada tanggal gajian, di mana arus lalu lintas di Kota Sampit sangat padat, pusat perbelanjaan ramai, dan pada malam sabtu atau minggu biasanya sulit untuk mencari hotel yang kosong.
Kondisi itu tak lepas dari banyaknya investor yang masuk ke Kotim. Berdasarkan data pihaknya, saat ini kurang lebih ada 58 perusahaan besar swasta yang beroperasi di Kotim, ditambah rencananya ada perusahaan pertambangan yang paling lambat beroperasi pada pertengahan 2024 mendatang.
“Kalau itu semua sudah beroperasi maka akan ada lonjakan ekonomi di Kotim, khususnya Kota Sampit. Peluang usaha pun memiliki potensi sangat besar,” ujarnya.
Disamping itu, Bupati menyampaikan berdasarkan informasi dari Kepala Cabang BRI Sampit bahwa perputaran uang di Kotim adalah yang terbesar di Kalimantan, bukan hanya Kalteng. Hal ini juga menandakan pesatnya perkembangan ekonomi di Bumi Habaring Hurung tersebut.
Bupati juga memprediksi, perekonomian di Kotim akan lebih maju lagi jika rencana pembuatan tol sungai di Sungai Mentaya dapat segera terealisasi, sehingga kapal-kapal dengan bobot 20 ribu hingga 70 ribu ton bisa masuk ke Sampit.
Pembuatan tol sungai ini yang terus pihaknya perjuangan. Karena selain untuk mendukung perekonomian juga untuk meningkatkan pendapatan daerah. Dengan masuknya kapal-kapal besar maka ekspor Kotim pun tidak perlu lagi melalui daerah lain.
“Saya sempat berkomunikasi dengan Bea Cukai, ternyata selama ini ekspor kita itu yang menikmati adalah Lampung, Dumai, Batam, dan Medan. Karena di Kotim belum bisa dimasuki kapal besar,” bebernya.
Begitu pula, dengan rencana perpanjangan landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit, supaya pesawat dengan badan besar bisa masuk ke Sampit, sehingga bisa menarik lebih banyak investor untuk menanamkan modal di wilayah tersebut.
Menurutnya, salah satu indikator bagi para investor untuk menanamkan modal atau berinvestasi adalah kondisi bandara pada suatu daerah. Semakin banyak investasi yang masuk, maka perekonomian daerah pun semakin maju.(Red/Antara)