Pangkalan Bun, BetangaTv -Menyikapi berita tidak berimbang karena konfirmasi hanya satu pihak oleh salah satu Media Online di Kalimantan Tengah (Kalteng) yang berkantor pusat di Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) pada 29 Januari 2020 tadi lalu membuah polemik di kalangan organisasi masyarakat (ormas)
Ketua ormas Forum Pemuda Dayak Kalteng (FORDAYAK-KT) DPD Kotawaringin Barat (Kobar), Kristianto D. Tundjang merasa sangat dirugikan lantaran penerbitan berita yang hanya sepihak ini.
Menurut dia, berita yang menyesatkan sudah pasti berdampak buruk bagi masyarakat awam yang mengkonsumsinya lantaran tidak tahu permasalahan yang sesungguhnya.
“Kami tahu saja, Siapa yang ada di SML, dan siapa dibelakangny serta siapa Borneo news. Cuman, bikin berita dan jadi Jurnalis itu harus yang Propesional,” ucapnya.
Mana katanya Borneo News yang selalu bilang propesional dan selalu menggunakan kode etik jurnalistik itu?. Dan bosnya yang mengaku orang Dayak, tapi kenapa tidak mengetahui yang pihaknya laksanakan di Posko FORDAYAK sendiri adalah ritual adat P
Penyambutan tamu.
“Biar semua masyarakat tahu, bahwa Dayak yang sesungguhnya, bukan hanya ada ritual penyambutan kedatangan pejabat, tetapi adat istiadat penyambutan tamu atau orang yang kami tokohkan atau kami tua-kan dalam suatu kelompok pun harus pakai ritual,” ujar lelaki yang sering disapa Deden ini.
Masih menurut dia, orang yang menuduh pihaknya LSM yang bersajam itu harus bertanggung jawab.
“Ingat itu, kami dalam acara ritual selalu menggunakan tanda – tanda adat, dan sering juga dibilang Atribut Dayak, yakni, Mandau ditangking di pinggang, selalu menggunakan Lawung dan disematkan bulu Tingang, dan beberapa perlengkapan lainya lagi. Jadi Pasukan Montanoi itu bukanya mau Perang, dan kami bukan semacam Preman – preman bayaran yang mau Tauran,” timpalnya.
Diamini oleh salah satu Dewan Pembina FORDAYAK, Soitmen Sia Ranying mengatakan bahwa pihaknya adalah ormas, yakni kumpulan masyarakat Dayak yang sepemikiran untuk satu tujuan yang berbasiskan adat dan budaya Asli Dayak, bukan sekedar mengaku – ngaku Dayak saja.
“Dan kami di dalam Fordayak ini dipilih sebagai pengurus tidak dikarenakan orang itu mempunyai finansial tinggi lalu bisa dipilih menjadi Pengurus. Namun, yang sangat perlu diketahui, kreteria pemimpin di ormas kami karena asli dipandang ketokohan serta pengetahuannya di dalam Adat dan Budaya Dayak, sehingga dipercaya sebagai Pengurus Fordayak ini,” bebernya.
Ditilik dari tulisan pun sudah sangat jelas, bahwa berita yang terbit 29 Januari 2020 kemarin sangat tidak berimbang.
Karena, dalam fotonya terlihat anggota Sayap Kanan Fordayak, yang disebutkan Borneo News ‘orang-orang bertelanjang dada dan bersenjata tajam itu namakan Pasukan Montanoi yang bertugas dibidang pelaksanan ritual Adat Penyambutan Ketua Umum (Ketum) dan Ketua-Ketua DPD se-Kalteng kemarin.
“Dalam hakikatnya Tugas Pasukan Montanoi ini termasuk juga melakukan Pengamanan untuk Ketum dan Pengurus Fordayak seluruhnya jika menghadapi Preman – Preman bayaran,” pungkas Soitmen.
Terpisah, Ketua Umum (Ketum) DPP Fordayak Kalteng, Bambang Irawan menanggapi berita tersebut menggungkapkan bahwa bergeraknya Fordayak bukan tanpa dasar,
“Tentunya, kami bergerak apabila ada masyarakat di atas tanah Dayak ini ada yang melaporkan karena merasa dirugikan akibat adanya sekelompok orang yang sifatnya merusak adat istiadat Dayak atau mengganggu adat Dayak atau melanggar Adat Dayak atau membuat Adat istiadat Dayak jadi terancam rusak akibat ulah sekelompok orang demi kepentingan pribadi/koorporasinya atau mengatasnamakan Dayak untuk kepentingan pribadi dan satu keluarganya saja dan atau yang bersifat melecehkan/melakukan penghinaan terhadap Adat istiadat Leluhur Dayak. Maka, dengan tegas dan sukarela Fordayak turun melakukan pembelaan terhadap masyarakat Dayak dan Adat istiadat Leluhur Dayak,” tegasnya.
Jadi, jangan disamakan dengan LSM. Sebab, LSM biasanya tertuju pada kontrol sosial dan terfokus pada satu tujuan sesuai AD-ART masing-masing.
“Salah satu contohnya, LSM Lingkungan Hidup, mereka terfokus pada Lingkungan Hidup itu, atau LSM bidang TIPIKOR, pasti mereka memfokuskan kontrol terhadap dugaan-dugaan Tipikor saja,” papar Ketum Fordayak ini.
“Dan sepengetahuan kami, LSM tidak pernah membawa senjata tajam. Kalimat yang dibuat Tim Borneo News dalam berita yang beredar sejak tanggal 29 Januari 2020 kemarin terkesan fitnah terhadap nama baik LSM,” timpalnya.
Sementara, salah satu senior Aktivis LSM Kalteng, Audy Valent terkait tundingan miring kepada LSM ditunding menunggi konflik antara Masyarakat Kinipan VS PT.SML yang telah diberitakan baru-baru tadi pun ikut angkat bicara.
Menurut Audy, semestinya redaktur lebih propesional lagi jika mengangkat sebuah berita. Dilihat dari tulisannya, sudah pasti tidak ada konfirmasi terhadap ormas yang dikatakan BN adalah LSM itu.
“Dan yang pasti, narasumber harus bisa membedakan antara LSM dan ormas, dan bila narasumber sudah berani menyebut LSM tentunya harus berani menyabut nama LSMnya secara spesifik, LSM mana yang dimaksudkan si narasumber, sebab kalau cuma menyebut LSM begitu saja tentunya LSM satu Indonesia terkena dampaknya, khususnya seluruh LSM yang ada diwilayah itu jadi terikutkan.
Jangan sampai statemen di media bernada ujaran kebencian, dan jangan sampai permasalahan ini menjadi polemik serta ketersinggungan seluruh LSM di Kalteng, seperti halnya komentar salah satu kepala daerah disalah satu kabupaten yang dimuat disalah satu media, yang dilaporkan oleh gabungan LSM se-Kalteng di Polda Kalteng beberapa waktu yang lalu yang sampai saat ini sedang di Proses.
“Mestinya pemberitaan fokus pada objek permasalahan, tidak akan muncul demo atau semacamnya kalau tidak ada permasalahan yg memang tidak selesai-selesai, tudingan terhadap LSM hanya pengalihan isue saja,” tutup aktivis ini.(Rilis/Red)