Stefanus, Penjual Es Dawet Pernah Bercita-cita Jadi Pendeta

  •  
  •  
  •  
  •  
  •   
  •  

Palangka Raya, BetangTv News – Minuman yang satu ini memang sudah sangat populer di kalangan masyarakat, baik kalangan tua maupun muda, karena rasanya manis dan gurih di mulut, apalagi dibalut dengan santan kelapa kental, membuat orang yang sedang haus dan dahaga manakala menenggak minuman ini, merasa segar.

Apalagi jika minum minuman dalam keadaan dingin, ini pada saat cuaca panas. Akan terasa sensasi nikmat di tenggorokan.

Ya, es dawet ayu, begitulah sebutannya untuk salah satu jenis minuman khas tradisional masyarakat Suku Jawa Barat.

Biasanya penjual es dawet ayu yang kerab ditemui di jalan-jalan perkotaan, menggunakan sebuah gerobak yang dimodifikasi dengan sepeda pancal, dengan cirri khas bunyi gelas yang dipukul sebagai pertanda pedagang minuman segar ini memanggil pelanggannya.

Dan ada gerobak dagangannya terdapat sepasang gambar wayang (semar) sebagai simbol keperkasaan dan keagungan.

Memang saat ini penjual es dawet keliling semakin jarang ditemui, mengingat banyaknya persaingan dagang dengan menjamurnya lapak-lapak pedagang minuman es aneka rupa, terlebih lagi seiring dengan perkembangan teknologi IT, layanan kepada konsumen dapat dilakukan secara online (pesan-antar).

Di Kota Palangka Raya, masih dapat ditemui pedagang es dawet ayu keliling, yang menggunakan gerobak dorong atau modifikasi sepeda pancal. Pada umumnya pedagang es dawet ayu yang kerab ditemui adalah warga yang berasal dari Suku Jawa.

Namun saat awak Betang News sengaja memesan es dawet yang kebetulan melintas di Jalan Raden Patah, siapa sangka pedagang es dawet keliling yang satu ini adalah seorang Pemuda berdarah Dayak. Karena sangat jarang kalangan pemuda Dayak yang mau berjualan es keliling.

Stefanus (25) seorang penjual es dawet ayu ini adalah Putera Dayak Ma’anyan yang berasal dari Desa Saing, Kecamatan Paku, Kabupaten Barito Timur (Bartim)

Lulusan Sekolah Menengah Umum ini mengaku sudah 4 (empat) tahun menggeluti usaha menjual es dawet di Kota Palangka Raya. Ia sangat senang menggeluti profesi ini meski hasil yang ia peroleh relatif kecil.

Sebelum menjadi penjual es dawet keliling, Stef menuturkan pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Theologia (STT) Banjarmasin selama 1 semester.

Namun karena tidak memiliki kemampuan finansial untuk membiayai pendidikannya, ia terpaksa berhenti kuliah dan mencoba merantau ke Kota Palangka Raya.

Padahal sejak kecil, Stef bercita-cita ingin menjadi seorang Pendeta.
Sebagai pedagang es dawet ayu, setiap hari ia memperoleh penghasilan dari jasa menjual es dawet ayu ini berkisar antara Rp60.000 hingga Rp70.000, tergantung kondisi cuaca.

“Jika kondisi cuaca cukup panas dagangan es dawet ayu ini laris manis,” ucapnya, Selasa (21/1/2020).

Stef sapaan akrabnya optimis suatu hari nanti dapat memiliki usaha sendiri, tidak lagi tergantung kepada orang lain seperti saat ini yang hanya mengambil upah atau jasa dari jerih payah menjual es dawet.

Ia berharap kaum muda Dayak, jangan pernah malu dan sungkan jika berprofesi sebagai pedagang es, ini lebih baik menurut Stef, ketimbang menjadi pengangguran. Karena saat ini belum memiliki kesempatan bekerja di kantoran atau instansi lain.

“Jangan pernah malu bekerja di bidang apapun selagi masih muda dan kuat bekerja,” demikian Stef.(Ma/Red)


  •  
  •  
  •  
  •  
  •   
  •  

Periksa Juga

Bakti Selaku Putra Dayak, Indra Gunawan Siap Maju di Pemilihan Damang Jekan Raya

        Pengunjung : 492 Foto ; Indra Gunawan, Jurnalis dan Pemerhati Budaya Dayak Kalteng Palangka …