Refleksi Sederhana ; Jagalah “Imamat” Imam-mu

  •  
  •  
  •  
  •  
  •   
  •  

*RD ANDREAS JIMMY,  S.Fil, M.Fil. (Dosen STIPAS Palangka Raya & Pastor Rekan Paroki Rungan Manuhing,  Kab. Gumas)

 

Ketika kamu mengunjungi seorang Imam, ingatlah bahwa seorang Imam tidak menikah, dan dia tidak akan memiliki keluarga sendiri. Tidak ada istri, tidak ada anak. Keluarganya adalah umatnya. Dia adalah seorang Bapa rohani dalam iman bagi komunitas yang dia layani. Hari-hari hidupnya merayakan Ekaristi, mendengarkan pengakuan dosa, memberi sakramen perminyakan kepada yang sakit, melayani mereka yang datang membutuhkan bantuannya. Seorang Imam mungkin melayani sebuah paroki hanya selama lima hingga tujuh tahun. Setelah itu, dia dapat dipindahkan ke paroki lain atau diberi tugas peran yang berbeda dalam Gereja. Dia bergantung pada tim sukarelawan, staf, dan umat awam. Jangan berharap dia selalu ada untukmu sepanjang waktu.

Jika kamu mendengar seseorang berbicara buruk tentang seorang imam tertentu, tolong koreksi orang tersebut dan jangan terlibat dalam gosip tanpa mengetahui fakta-faktanya. Ingatlah bahwa mereka seringkali sendirian dan kadang-kadang membutuhkan teman. Perhatikan kebutuhan emosional, fisik, dan mental mereka. Temani mereka jika perlu, atau tawarkan bantuan atau bahkan tumpangan. Tidak mudah pergi keluar sendirian pada pukul 2 atau 3 dini hari, terutama di lingkungan yang berbahaya, untuk memberikan konseling atau bahkan memberikan sakramen perminyakan kepada seseorang yang sedang sekarat. Jika seseorang datang kepada mereka pada jam seperti itu meminta bantuan, mereka harus bangun dari tidur lelapnya dan tetap diharapkan untuk merayakan misa di pagi hari. Siapa yang ada untuk mereka ketika mereka sakit atau memiliki keadaan darurat di tengah malam? Namun, mereka diharapkan untuk melaksanakan tugas mereka karena jika bukan mereka, siapa lagi? Ingatlah hari ulang tahun mereka, hari ulang tahun imamat mereka, dan peristiwa penting dalam hidup mereka. Rayakan bersama mereka, menangislah bersama mereka. Tawarkan bahu untuk bersandar. Jika mereka jatuh, jangan menghakimi atau mengkritik. Bantu mereka bangkit dan bantu mereka dalam perjalanan hidup mereka. Jangan tersinggung jika mereka tidak memenuhi ekspektasimu. Tidak ada imam yang sempurna.

Jadi, jagalah imam-mu, ingatlah mereka yang membaptis, memberikan sakramen penguatan, menikahkan, dan memberikan sakramen perminyakan kepadamu. Mereka yang merayakan misa untuk niat-niatmu dan mendoakanmu. Semoga Allah memberkati imam-imam kita, dengan pengantaran Yesus Sang Imam Agung kita, Amin.(***)

 

 


  •  
  •  
  •  
  •  
  •   
  •  

Periksa Juga

KI Pusat: Menuju Indonesia Emas 2045 melalui Pemerintahan yang Terbuka

        Pengunjung : 407 Banjarmasin, Betang.Tv – Komisi Informasi (KI) Pusat RI menyebut Keterbukaan Informasi …